Selasa, 20 Agustus 2013

Jantung




penyempitan pembuluh darah disebut atherosklerosis adalah terjadinya penyempitan pembuluh darah dikarenakan adanya sumbatan pada jaringan pembuluh darah berupa lemak yang berlebihan, sehingga aliran darah ke berbagai organ tubuh menjadi terganggu. Penyumbatan pembuluh darah ini biasanya dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti stroke/lumpuh, kolestrol tinggi, penyakit jantung, dan asam urat.
Penyembitan pembuluh darah dapat disebabkan tingginya kolesterol jahat (kolestoreol LDL) akibat mengonsumsi makanan yang kaya lemak jenuh, kalori berlebihan akibat terlalu banyak makan, dan konsumsi gula murni. Kurang olahraga dan kebiasaan merokok semakin meningkatkan risiko terjadi penyumbatan pembuluh darah.
Gejala Penyempitan Pembuluh Darah :
  • Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang.
  • Sesak napas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).
  • Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah.
  • Palpitasi (jantung berdebar-debar)
  • Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.
·         Pemeriksaan jantung invasif salah satunya adalah dengan melakukan tindakan kateterisasi jantung ini. Tindakan medis Angiografi Koroner / Kateterisasi Jantung ini sudah tersedia di Rumah Sakit yang besar dan juga rumah sakit yang memiliki laboratorium kateterisasi jantung dan juga mempunyai fasilitas yang seringkali di sebut dengan Cardiac Center ( Pusat Pelayanan Jantung Terpadu ).

Kateterisasi jantung adalah merupakan prosedur diagnostik untuk melihat kelainan jantung, meliputi dari kelainan anatomi jantung, penyempitan / sumbatan pembuluh darah koroner, gangguan fungsi jantung dan sebagainya. Demikian yang dimaksud dengan pengertian kateterisasi jantung / angiografi koroner.

Dalam dua medis kita mengenal akan dua jenis angiografi koroner yaitu :
  1. Kateterisasi jantung koroner. Pemeriksaan jantung invasif ini mempunyai tujuan untuk pemeriksaan pembuluh darah koroner yang fungsi dari pembuluh darah koroner tersebut adalah untuk memperdarahi jantung. Biasanya pemeriksaan kateterisasi jantung ini seringkali dilakukan pada pasien dengan keluhan nyeri dada yang khas, Pasien UAP (Unstable Angina Pektoris), dan juga pasien jantung koroner.
Penyadapan Jantung. Kateterisasi jantung jenis penyadapan jantung ini adalah jenis pemeriksaan jantung invasif yang bertujuan untuk mengetahui tekanan dan kandungan oksigen (saturasi) dalam ruang-ruang jantung. Biasanya dilakukan pada pasien yang 
  1. menderita penyakit jantung bawaan seperti ASD, VSD dan sejenisnya.
Dalam setiap pelaksanaan diagnostik medis tentunya ada persiapan sebelumnya. Beberapa persiapan yang dilakukan sebelum dilakukan tindakan kateterisasi jantung ini adalah :
  1. Pemeriksaan laboratorium ( pemeriksaan darah ).
  2. Pemeriksaan perekaman EKG.
  3. Uji latih beban (Treadmill).
  4. Foto dada ( Rontgen Dada ).
  5. Puasa makan ( Tahan Makan )4 - 6 jam sebelum tindakan, minum obat seperti biasa.
  6. Mendapat penjelasan tentang prosedur tindakan kateterisasi jantung.
  7. Diminta untuk menandatangi persetujuan tindakan (inform consent)
  8. Dicukur pada daerah mana kateter akan dimasukkan.
  9. Dipasang infus di lengan / tungkai kiri.
Prosedur tindakan kateterisasi jantung. Bila orang yang awam tentunya belum mengerti akan tindakan kateterisasi jantung ini. Bahkan seringkali pasien yang akan dilakukan pemeriksaan angiografi koroner ini. Untuk itulah perlunya inform consent (persetujuan tindakan) dan juga penjelasan tindakan kateterisasi ini dari pihak medis kepada pasiennya.

Prosedur tindakan kateterisasi jantung ini adalah merupakan tindakan invsif jantung yang menggunakan anestesi lokal. Anestesi lokal ini diberikan pada daerah yang akan dilakukan penusukan kateter jantung tersebut. Tempat pembuluh darah yang dilakukan pada pemeriksaan angografi koroner ini adalah dilakukan di arteri radialis atau pun arteri femoralis.

Setelah anastesi lokal, dilakukan pemasangan selongsong (sheath) pada pembuluh darah di tangan atau kaki (arteri femoralis / arteri radialis) agar kateter dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah. Dengan kateter khusus tersebut akan dimasukkan sampai ke jantung ataupun pembuluh koroner jantung, dan pasien tidak akan merasakan sakit. Setelah sampai pada pembuluh koroner jantung, maka zat kontras akan diinjeksikan ke dalam koroner jantung dan dilihat dengan menggunakan fluroskopi sinar x-ray. Tabung x-ray ini dapat dirubah pada berbagai posisi sehingga memberikan gambaran yang baik mengenai pembuluh koroner jantung.

Dari hasil pemeriksaan kateterisasi jantung ini maka akan ditemukan adakah penyempitan pembuluh darah koroner atau tidak. Bila dalam hasilnya ditemukan adanya penyumbatan atau pun penyempitan pembuluh darah maka ada tindakan selanjutnya apakah itu dengan pemasangan cincin jantung (stent jantung) atau tindakan operasi bedah jantung ( CABG ). Bila ditemukan hasil normal (normal koroner) tentunya tindakan selanjutnya seperti PCI dengan atau tanpa stent atau bahkan operasi bedah jantung tidak dilaksanakan.

Pasang Cincin Stent Jantung Pada penderita penyakit jantung koroner yang telah dilakukan pemeriksaan diagnostik non invasif jantung seperti halnya Kateterisasi jantung dan didapatkan adanya penyempitan pembuluh darah koroner tentunya tidak asing dengan istilah cincin jantung (stent jantung) ini.

Karena setelah melalui prosedur Kateterisasi Jantung dan didapatkan diagnostik Jantung Koroner dan adanya penyempitan pembuluh darah koroner maka akan dilakukan tindakan intervensi jantung lagi untuk pemasangan stent jantung ini yang dikenal dengan istilah percutaneus coronary intervention (PCI Jantung). Kebanyakan masyarakat yang mengira jika penanganan penyakit jantung koroner hanya bisa dilakukan dengan tindakan operasi jantung saja. Namun dalam perkembangannya dewasa ini, untuk mengatasi sumbatan pada pembuluh darah jantung tidak selamanya melalui pembedahan. Salah satu metoda yang digunakan adalah PCI Jantung


Pemasangan stent bisa dilakukan pada pembuluh darah jantung dengan sumbatan yang mencapai 100%. Namun, tidak semua sumbatan total tersebut dapat diatasi dan ditangani dengan pemasangan stent. Misalnya pada kondisi sumbatan pembuluh darah koroner yang mengalami pengapuran yang terlalu keras dan panjang yang biasa disebut dengan CTO ( Cronik Total Ocklusion ) dan juga bila penyempitannya di Left Main (pembuluh darah koroner jantung utama maka Operasi Bedah jantung Terbuka atau dikenal dengan By Pass Coronary Arteriograft ( CAGB ) lebih dianjurkan.

Penggunaan stent cincin jantung ini harus juga disesuaikan dengan kebutuhan. Pemasangan cincin juga biasanya dilakukan balon jantung. Balon jantung hanya untuk membuka penyempitan pada pembuluh darah koroner jantung setelah itu baru dilakukan pemasangan cincin jantung. Bila penyumbatan koroner tersebut diderita oleh pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, maka dipasang stent yang biasa. Akan tetapi bila sumbatan tersebut diderita pasien dengan mempunyai riwayat penyakit gula / DM maka akan disarankan penggunaan stent cincin jantung yang berlapis obat (eluted) atau dalam dunia medis dikenal dengan nama DES ( Drug-Eluting Stent ). Pemasangan stent jantung berlapis obat ini dilakukan pada penyempitan pembuluh darah koroner yang panjang maupun penyumbatan total.

Diharapkan dengan pemasangan cincin jantung ini maka aliran darah koroner yang mengalami penyumbatan ataupun penyempitan akan kembali normal sehingga pasien jantung koroner yang telah dipasang stent ini akan bisa beraktifitas seperti sedia kala sebelum sakit. Walaupun yang tidak kalah penting setelah pemasangan stent jantung ini adalah kembali dalam pola hidup sehat serta pola makan sehat kembali.


Penyakit jantung koroner (PJK) masih menduduki peringkat nomor wahid penyebab kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sumbatan pada pembuluh darah akibat endapan lemak diketahui sebagai salah satu penyebab PJK. Saat ini tindakan minimum invasif untuk menanggulangi sumbatan pada pembuluh darah lebih direkomendasikan oleh para dokter.

Tindakan minimum invasif antara lain pemasangan stent atau yang lebih dikenal dengan " cincin atau ring" pada pembuluh darah untuk membuka pembuluh darah yang tersumbat. Risiko dari tindakan ini lebih kecil daripada operasi bypass yang merupakan operasi besar.
Pemasangan cincin dilakukan melalui kateter lentur yang dimasukkan ke dalam tungkai atau arteri lengan. Dibantu dengan gambar di monitor dokter akan memandu kateter menuju pembuluh darah yang tersumbat. Stent atau cincin tersebut berupa jalinan logam kecil. Stent akan bekerja sebagai penopang untuk menjaga agar pembuluh darah tetap lebar.

Menurut dr. Doni Firman, Sp.JP, spesialis jantung dan pembuluh darah dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (PJNHK), tindakan minumum invasif memang lebih direkomendasikan, namun tetap perlu melihat dari kondisi pasien. Keputusan dilakukan tindakan pemasangan cincin atau operasi bypass antara lain berdasarkan pada parahnya sumbatan dan lokasinya.
"Meskipun tindakan minimum invasif lebih kecil risikonya, namun ada keadaan-keadaan tertentu yang dapat menyebabkan kegagalan tindakan tersebut," katanya disela acara peluncuran Absorb Bioresorbable Vascular Scaffold di Jakarta, Kamis (4/4/13).
Pasien yang memiliki kadar trombosit rendah dan alergi pada obat bukanlah calon yang baik untuk tindakan tersebut.  "Saat pemasangan stent, darah pasien dibuat seencer-encernya untuk memudahkan prosedur memasukkan kateter. Jika kadar trombosit pasien terlalu rendah maka pasien bisa kehilangan darah," tutur dokter dari Divisi Non Bedah Intervensi, Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI/PJNHK ini.

Selain itu, lanjut Doni, dokter juga perlu memperhatikan jika pasien memiliki alergi terhadap obat-obatan pengencer darah. Hal tersebut dikarenakan obat-obatan pengencer darah perlu diminum pasien sebelum menjalani tindakan pemasangan stent.

Pencegahan Lebih Penting

Pasien PJK di PJNHK setiap bulannya mencapai 100 hingga 150 orang. Sebanyak 40 persen di antaranya langsung menerima tindakan pemasangan stent ketika datang karena sudah dalam keadaan gawat. "Sedikit saja terlambat dibawa ke rumah sakit bisa meninggal," ungkapnya Direktur Utama Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dr.Hananto Andriantoro, Sp.JP, dalam kesempatan yang sama.

Hananto menegaskan, meskipun teknologi pengobatan PJK semakin maju, namun yang paling penting adalah upaya preventif. "Prevensi lebih penting dari kuratif," cetusnya.

Prevensi dapat dilakukan dengan menjalani pola hidup sehat, yaitu dengan olahraga teratur, menghindari makanan berlemak jenuh dan lemak trans, tidak merokok dan minum alkohol, serta mengurangi gula dan garam.

Resikonya antara lain :
1. Saat sedang melakukan prosedur pemasangan ring, pembuluh darah rapuh sehingga pecah, sehingga perlu langsung dilakukan operasi bypass.
2. Biasanya ring itu sendiri hanya bertahan dalam waktu 5 -7 tahun, dikarenakan penimbunan plak pada pembuluh darah yang masih terjadi, sehingga mungkin dilakukan prosedur lanjutan.
Di Indonesia kebanyakan pasien sakit jantung lebih memilih pengobatan minim invasif  seperti pemasangan balon atau cincin yang biasa disebut Percutaneous Coronary Intervetion (PCI) dibandingkan operasi Bypass.
Padahal, dengan pemasangan balon atau cincin, risiko kembali tersumbatnya aliran pembuluh darah ke jantung cukup tinggi, sebagaimana diungkapkan oleh dr. Yanto Sandy Tjang, Phd. SpBTKV dari MRCC Siloam Jakarta dalam seminar kesehatan "Cardiac Disease What & How", Sabtu, (28/5/2011) kemarin.
Menurut Yanto, Bypass merupakan suatu prosedur bedah di mana dibuat saluran baru untuk memberikan suplai darah ke jantung yang pembuluh darah asalnya sudah mengalami penyumbatan. "Ini dimaksudkan agar jantung mendapatkan darah lebih banyak, dan melakukan fungsi pompanya lebih baik," ujarnya.
Sedangkan pemasangan balon/cincin adalah suatu prosedur memasukan selang ke dalam pembuluh darah jantung yang tersumbat dan melebarkan daerah yang tersumbat dengan balon. Untuk menjaga supaya pembuluh darah yang tersumbat tidak menyempit kembali, maka dipasang cincin yang terbuat dari logam.
Yanto mengatakan, pemasangan cincin memang memiliki beberapa keuntungan di antaranya minim invasif. Artinya, tidak dilakukan penyayatan seperti pada operasi, sehingga masa rawat bisa lebih pendek.
"Tapi kekurangannya adalah harga cincin itu masih sangat mahal. Kemudian, kemungkinan terjadi sumbatan kembali dalam waktu 3 sampai 6 bulan masih tinggi," jelasnya.
Ditambahkannya pula, pelebaran pembuluh yang menggunakan cincin dapat mengakibatkan perkapuran di darah pecah sehingga serpihannya bisa masuk ke pembuluh darah yang lebih kecil.
"Bagi pembuluh darah yang kecil, serpihan yang kecil mungkin bisa menjadi sumbatan 100 persen, dengan akibat kematian otot jantung di daerah-daerah yang lebih pinggir. Dalam jangka lama, fungsi pompa jantung itu akan berkurang pelan-pelan, sehingga orang itu akan mengalami gagal jantung pada akhirnya," terangnya.
Yanto mengatakan, meski pada operasi bypass diperlukan sayatan yang relatif besar, tetapi kelebihannya adalah pembuluh darah yang dipasang akan tetap berfungsi baik setelah 10 tahun.  Banyaknya penggunaan cincin/balon menurut Yanto disebabkan beberapa faktor di antaranya perkembangan bedah jantung yang terlambat, kurangnya informasi, serta jumlah dokter spesialis bedah jantung yang masih sangat minim. Alhasil, sampai saat ini pasien lebih sering mendapat pelayanan pemasangan cincin dibandingkan  bedah jantung.
"Padahal kita lihat dari hasil penelitian, pada kasus-kasus yang penyumbatan pembuluh darah jantungnya kompleks, operasi bedah jantung (bypass) jauh lebih menguntungkan dibandingkan pemasangan cincin," jelasnya.
Anggapan keliru soal bedah jantung di masyarakat juga menjadi penyebab mengapa pasien jantung lebih memilih melakukan pemasangan cincin dibandingkan bypass.
"Ada anggapan kalau operasi jantung itu, jantung dikeluarkan kemudian baru dimasukan. Tidak benar sama sekali, itu adalah informasi yang menyesatkan. Pada saat operasi, jantung tetap ada di tempat, kita hanya mencari pembuluh darah di permukaan jantung, kemudian dibuat sayatan kecil, lalu menanamkan pembuluh darah bypass baru ke tempat yang kita buat sayatan tadi itu," bebernya.
Menurut Yanto, di Eropa operasi bypass sangat sering dilakukan bahkan paling banyak di dunia.  Di benua tersebut, penegakkan indikasi lebih terarah  dimana bila terjadi sumbatan di pembuluh darah yang sangat penting biasanya diarahkan untuk bypass.
"Penelitian terakhir menunjukan, pasien-pasien dengan penyumbatan di cabang utama pembuluh darah kiri, maupun di banyak pembuluh darah jauh lebih menguntungkan kalau dia mendapatkan operasi bypass," tegasnya.
Pasca melakukan bypass, kata Yanto, pasien tetap memerlukan obat pengencer darah meski dalam dosis sangat ringan.  Hal ini ditujukan agar pembuluh darah bypass yang baru terpasang bisa bertahan cukup lama. Bagaimana pun  proses penyakit jantung koroner adalah proses berkelanjutan, sehingga pembuluh baru pun tetap mengalami nasib yang sama seperti pembuluh darah di jantung yang asli.

Terapi Penyempitan Pembuluh Darah Dengan Ace Maxs

Ace Maxs merupakan minuman kesehatan alami asli Indonesia yang terbuat dari keajaiban ekstrak kulit manggis dan daun sirsak. Kedua bahan alami tersebut di tambah dengan bahan alami berkhasiat lainya seperti apel, anggur, bunga rosella hitam dan madu murni sebagai bahan pengawet dan pemanis alami. Diolah secara modern dengan teknologi masa kini melalui tangan tangan para ahli di bidangnya. sehingga melahirkan produk pengobatan alami yang bermutu tinggi. Hingga kini Ace Maxs menjadi obat alternatif andalan masyarakat Indonesia yang sudah terbukti secara nyata khasiatnya.

Saat ini khasiat kulit manggis dalam mengobati berbagai penyakit sudah tidak diragukan lagi khasiatnya dikarenakan kandungan senyawa alami didalamnya yang bernama Xanthone. Senyawa alami ini sangat efektif dalam melebarkan pembuluh darah dan melancarkan peradaran darah sehingga mengurangi penumpukan lemak yang menjadi penyebab jantung koroner.
Dalam beberapa penelitian para ahli pun telah dibuktikan bahwa kulit manggis yang menjadi salah satu bahan utama terapi penyempitan pembuluh darah Ace Maxs mengandung antioksidan tinggi yaitu Xanthone yang melebihi vitamin E dan vitamin C. Selain itu juga zat xanthone  memiliki banyak manfaat kesehatan terutama kesehatan kardiovaskuler seperti mengatasi sakit jantung, aterosklerosis, hipertensi dan trombosit. Xanthone dapat memperlebar pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah.  Kulit manggis juga kaya akan mineral kalium yang membantu metabolisme energi. Hal inilah yang menyebabkan Ace Maxs mampu mencegah dan mengobati penyakit penyempitan pembuluh darah dan penyakit degeneratif lainnya yang diakibatkan tingkat kolesterol tinggi, bahkan dalam penelitian lain dikatakan xanthone juga bersifat anti kanker.
Tidak kalah penting, daun sirsak yang juga menjadi salah satu bahan terapi penyempitan pembuluh darah Ace Maxs ternyata mempunya peranan penting dalam menyembuhkan berbagai penyakit. kandungan daun sirsak lebih selektif yang hanya membuang kolesterol jahat saja tanpa mengganggu kolesterol baik. The Journal of Natural Product membeberkan riset Rieser MJ, Fang XP, dan McLaughlin, peneliti di AgrEvo Research Center, Carolina Utara, Amerika Serikat, bahwa daun sirsak membunuh sel-sel kanker usus besar hingga 10.000 kali lebih kuat dibanding adriamycin dan kemoterapi. Hal tersebut juga sangat membantu melebarkan pembuluh darah sehingga peredarah ke seluruh tubuhpun menjadi lancar.
Untuk itu, bagi anda yang mempunyai kerabat ataupun keluarga yang menderita penyempitan pembuluh darah, kami sarankan untuk mencoba melakukan pengobatan alami dengan terapi penyempitan pembuluh darah Ace Max ini yang sudah terbukti dan teruji khasiatnya. Dan semoga melalui pengobatan inilah penyakit anda dapat disembuhkan tanpa harus melakukan perawatan dokter